Kupikir mungkin dia tak pernah benar-benar mencintaiku. Meski dia tak pernah bilang begitu secara langsung tapi aku bisa merasakan melalui sikapnya. Pernah aku tanya apakah dia juga mencintai aku? Dia mengangguk dan tersenyum. Tapi kupikir dia hanya tak mau melihatku kecewa dan sedih.
Sekian tahun telah berlalu sejak aku menyatakan perasaanku padanya dan merasa dicintai olehnya. Ya, mungkin perasaanku saja. Kami telah terpisah jarak yang jauh. Kami tak pernah lagi bertemu. Komunikasi semakin minim hingga nyaris tak pernah lagi bicara. Kami sama-sama sibuk. Belakangan aku tahu kalau ternyata dia sudah punya pacar baru.
Jujur kuakui, dia begitu istimewa bagiku. Saat-saat yang kulalui bersamanya merupakan sesuatu yang selamanya akan berkesan. Hampir tiap hari dia mencubit lenganku hingga memerah. Sakit. Tapi aku suka. Canda tawanya selalu membuatku berbinar dan semangat. Tak ada sepi bila bersamanya.
Dia teman bukan hanya dalam keadaan senang. Dia juga teman yang baik ketika aku dalam kesulitan. Bahkan hal inilah yang membuat aku tak bisa melupakannya. Dia pandai menghibur dan membangkitkan optimisme hidupku. Dia membantuku untuk menatap masalah dengan berani dan tak putus asa mencari solusi. Begitu banyak dia menolongku dalam keadaan-keadaan sulit.
Entahlah! Mungkin perhatiannya yang besar itulah yang telah menumbuhkan benih cinta dalam hatiku. Tapi mungkin akulah yang salah mengartikan kebaikannya padaku ketika aku mengira itu adalah tanda cinta. Ya mungkin dia memang mencintaiku, tetapi cinta sebatas sebagai sahabat, bukan seperti yang kuharapkan. Namun apa pun itu, selamanya dia akan menjadi bagian dalam hidupku. Selamanya akan kusimpan cinta untuknya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar