Kamis, 15 Desember 2011

Kecelakaan Konyol yang Memalukan

Malu! Itulah reaksi yang paling saya ingat ketika tanpa sengaja saya menabrak pintu kaca sebuah minimarket. Kejadian konyol yang benar-benar memalukan. Kejadiannya sekitar jam 7 malam, 15 Maret 2011.  Ketika itu saya bermaksud membeli beberapa perlengkapan mandi. Saya sedikit buru-buru karena waktu itu ada tanda-tanda akan turun hujan.
Setelah memarkir motor, dengan langkah cepat layaknya orang yang buru-buru, saya bergegas mau masuk ke minimarket. Saya benar-benar tidak memperhatikan kalau pintu kaca itu sedang dalam posisi tertutup. Dan “akhh…”, saya menabrak pintu kaca itu sangat keras. Beruntung pintu kaca itu tidak pecah. Tapi semua mata yang ada di minimarket itu langsung mengarah ke saya.
Bibir saya sakit sekali. Saya langsung meraba jangan-jangan bibir saya berdarah, tapi syukurlah ternyata tidak ada darah.
Menyadari kalau banyak orang yang melihat saya, dan sepertinya mereka berusaha menahan tawa, saya langsung mengubah mimik muka saya seolah saya baik-baik saja. Tepatnya, saya berpura-pura merasa tidak sakit. Padahal makin lama bibir saya terasa makin tebal dan perih. Dan untuk menyamarkan rasa sakit dan rasa malu saya waktu itu, saya cepat-cepat mengambil barang yang saya inginkan lalu saya bayar di kasir.
Seolah memahami rasa malu yang saya derita, orang-orang yang ada di situ tak satu pun yang memberi komentar. Buru-buru saya kembali meninggalkan minimarket itu dengan rasa malu yang tidak terkira.
Sepanjang perjalanan ke rumah, saya mulai dibayangi  bagaimana orang-orang di minimarket tadi sedang menertawakan saya. Terbayang bagaimana ekspresi muka mereka membicarakan kekonyolan saya tadi. Saya jadi tambah malu karena salah satu dari mereka, seorang ibu, meskipun tidak akrab, tetapi kenal sama saya karena rumahnya tidak jauh dari rumah saya. Dia pasti pulang ke rumah lalu menceritakan kejadian tadi. Dan terbayang mereka sekeluarga menertawakan saya. Benar-benar memalukan.
Sesampai di rumah, saya langsung mengambil cermin dan memeriksa bibir saya. Ternyata bibir atas saya memar dan mulai bengkak. Bagian dalamnya terlihat sedikit berdarah, mungkin karena kena gigi.
Saya kemudian mengompresnya dengan air hangat, berharap bengkaknya segera berkurang. Namun yang terjadi sebaliknya. Bibir saya malah semakin tebal. Bahkan malam itu saya tidak bisa mengunyah makanan. Namun karena belum makan malam, terpaksa nasinya langsung saya telan saja tanpa dikunyah. Saya tidak bisa makan banyak malam itu. Apa boleh buat.
Keesokan paginya, bibir saya terlihat makin bengkak. Jelek banget! Saya malu sendiri melihatnya. Saya tidak berani keluar rumah. Untuk membeli Thrombophob Gel—obat anti bengkak— saja, pagi itu saya terpaksa memakai masker. Harga obatnya lima puluh ribu.
Bengkaknya berlangsung beberapa hari. Dan sepanjang itu pula, saya selalu memakai masker setiap kali keluar rumah. Tak lupa, untuk mengatasi bengkaknya, setiap hari saya kompres dengan air hangat dan saya beri Thrombophob Gel secukupnya.
Beruntung, tidak cukup satu minggu, bengkaknya sudah hilang. Rupanya Thrombophob Gel cukup manjur. Tapi meski begitu, bibir saya tetap kelihatan memar. Tak apalah, pikir saya. Yang penting bibir saya tak lagi bengkak seperti moncong babi. Sebelumnya saya sempat khawatir kalau-kalau bibir saya akan selamanya bengkak seperti itu. Bisa-bisa saya dijuluki “Pangeran Babi”,hehehe..
Puji Tuhan, sekarang bibir saya sudah sembuh. Meskipun sekarang memang terlihat sedikit kurang simetris karena bekas lukanya meninggalkan sedikit tonjolan kecil, tapi lagi-lagi “tak apalah” pikir saya. Ini sudah kemajuan yang pesat. Pemulihan yang pantas disyukuri. Terima kasih Tuhan atas bibir yang Kau berikan ini.
Anda tahu? Ternyata rasa malu itu bisa lebih menyakitkan daripada rasa sakit yang sebenarnya (pada tubuh fisik kita). Pesan saya, hati-hatilah memasuki ruangan yang berdinding kaca. Jangan sampai Anda menabrak kacanya. Karena ternyata saya bukan korban pertama. Hahaha…
Berikut beberapa foto seputar kecelakaan konyol itu, dari yang terparah sampai yang mulai membaik.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar