Badan kurus punya tantangan tersendiri. Bagi sebagian orang, keadaan ini sering membuat minder karena dianggap tidak good looking. Dan, bahkan, akan terdengar menyakitkan bila ada yang mengolok dengan sebutan “si kurus”, “kurang gizi”, atau “tengkorak hidup”. Ada juga yang mengejek dengan berkata, “awas lho ketiup angin!”.
Namun begitu, ternyata badan kurus itu ada juga untungnya. Keuntungan itu terutama saya sadari setelah saya menjalani cuci darah dimana saya harus sering-sering berhadapan dengan jarum suntik, jarum infus dan tusukan jarum-jarum cuci darah.
Ditusuk jarum itu menyakitkan. Apalagi jarum infus dan jarum cuci darah yang ukurannya lebih besar. Sakit dan perih. Celakanya, menemukan pembuluh yang tepat itu ternyata tak selalu mudah. Dokter dan perawat sering kesulitan dan terpaksa melakukan tusukan beberapa kali untuk mendapatkan tusukan pada pembuluh darah yang tepat.
Dan inilah untungnya jadi orang kurus. Dokter dan perawat tidak perlu terlalu repot menemukan pembuluh darah yang diinginkan. Karena pada orang kurus seperti saya, pembuluh darahnya mudah terlihat dan dengan merabah sebentar saja, dokter atau perawat dapat segera menentukan lokasi tusukan yang tepat. Biasanya sekali tusukan langsung berhasil. Dengan begitu, setidaknya saya tidak perlu merasakan sakit lebih lama.
Hal itu berbeda pada orang yang berbadan gemuk. Tumpukan lemak yang tebal menyebabkan pembuluh darah mereka tertutup sehingga sulit ditemukan. Akibatnya mereka terpaksa harus menahan rasa sakit dan perih lebih lama gara-gara ditusuk berulang kali sampai pembuluh darahnya ditemukan.
Tak jarang saya melihat ada pasien yang sampai menangis, mengerang, bahkan berteriak-teriak karena tak tahan ditusuk berkali-kali. Maka bercermin dari semua itu, saya sadar! Ternyata ada untungnya jadi orang kurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar