Andai waktu diputar kembali hingga sebelum lima tahun yang lalu, saya yakin tak seorang pun dapat menduga kalau hidup saya akan menjadi seperti sekarang ini. Ketika SD dan SMP saya selalu tampil sebagai bintang kelas. Ketika SMA, meskipun tidak tampil sebagai bintang kelas, tetapi saya selalu menonjol setidaknya untuk mata pelajaran Agama dan Bahasa Indonesia. Selalu saja ada yang mengatakan kalau masa depan saya akan sukses dan cemerlang.
Tapi kemudian apa yang terjadi? Setamat kuliah saya didiagnosis mengalami penyakit ginjal kronis dan disarankan segera menjalani cuci darah. Dan singkat cerita, saya akhirnya rutin menjalani cuci darah tiga kali seminggu. Siapa yang pernah menduga hal ini? Pada titik ini, mungkin saya pantas disebut malang.
Tapi baiklah. Saya tak akan menyebut diri ‘malang’ di sini. Saya akan belajar bersyukur.
Seorang teman sesama pasien cuci darah pernah berkata, “Kamu masih beruntung Yed. Meskipun kamu sakit tapi kamu punya keluarga dan teman-teman yang perhatian sama kamu. Kamu bahkan punya pacar yang tak hanya cantik, tapi juga setia (hehehe…). Tidak seperti aku! Orangtuaku sudah tidak ada. Dan kamu tahu..teman-teman bahkan pacarku sendiri pergi meninggalkan aku”.
Ya, ternyata saya memang jauh lebih beruntung dibandingkan sekian banyak orang yang lain. Keberuntungan yang sering tidak saya sadari tatkala saya larut meratapi penyakit saya. Keberuntungan yang jarang saya syukuri karena menganggap diri sungguh bernasib malang. Toh, kenyataannya banyak orang lain yang lebih susah hidupnya, yang sebenarnya lebih pantas mengeluh, tetapi justru mereka lebih sabar, lebih tegar dan lebih ikhlas menjalani hidup ini.
Ya, sungguh banyak yang pantas saya syukuri. Setidaknya, saya masih bisa bernafas lega di saat ada pasien yang sedang kesulitan bernafas karena sesak. Saya masih bisa berjalan lincah di saat ada pasien yang terpaksa diangkat karena sudah tidak kuat jalan. Saya masih bisa makan sendiri di saat ada pasien yang disuapi. Saya masih bisa mandi sendiri. Saya masih bisa jalan-jalan di mall. Saya masih bisa pergi sendiri ke gereja. Saya masih bisa internetan. Bahkan saya masih bisa membersihkan kamar dan menyapu rumah setiap pagi.
Dan yang terpenting, seperti kata seorang teman di atas, saya beruntung karena selalu dikelilingi oleh orang-orang terkasih yang setia dan penuh perhatian. Di atas semua itu, saya beruntung karena Tuhan memberi saya kesempatan menikmati berlimpah cinta-Nya di dunia ini. Semoga Dia mengampuni segala dosa dan ke-kurangbersyukur-an saya atas rahmat hidup yang telah saya terima.
“Jadi, bersyukurlah Yed! J “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar