Minggu, 29 Mei 2011

Anjuran Untuk Berbuat Baik


Amsal 3:27-35

Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya,
padahal engkau mampu melakukannya.
Janganlah engkau berkata kepada sesamamu:
“Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi”,
sedangkan yang diminta ada padamu.
Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu,
sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau.
Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang,
jikalau ia tidak berbuat jahat kepadamu.
Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman,
dan janganlah memilih satupun dari jalannya,
karena orang sesat adalah kekejian bagi TUHAN,
tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat.
Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik,
tetapi tempat kediaman orang benar diberkati-Nya.
Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Ia pun mencemooh,
tetapi orang yang rendah hati dikasihi-Nya.
Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan,
tetapi orang bebal akan menerima cemooh.

Sabtu, 28 Mei 2011

Antara Iman atau Kekonyolan



            Ketika saya divonis harus cuci darah, sebagian orang menyarankan saya untuk tidak menjalani vonis tersebut. Beberapa  orang yang datang mendoakan saya, meyakinkan saya bahwa Tuhan akan menolong saya. Asal percaya saja, saya pasti akan sembuh. Asal percaya saja, saya tak perlu menjalani cuci darah itu.
            Saya sungguh berada di persimpangan jalan. Mana yang harus saya ikuti, saran dokter atau saran “orang-orang beriman” itu? Yang satu merujuk pada ilmu pengetahuan dan teknologi sementara yang lain merujuk pada iman. Saya kebingungan berdiri di antara dua pilihan yang berseberangan itu, cuci darah atau tidak!
            Setiap hari dokter datang ke ruang rawat saya dan membujuk saya untuk segera cuci darah agar kondisi saya tidak bertambah para. Tetapi setiap hari pula ada saja yang meyakinkan saya untuk tidak usah cuci darah. Saya makin bingung dan terbawa dalam situasi dilematis itu. Saya mencoba mengulur waktu untuk bergumul dan berpikir keras bagi kelanjutan hidupku.

Jumat, 27 Mei 2011

Karena Cinta Aku Hidup (Kembali)



Karena Cinta Aku Hidup (Kembali)1)

            “Cintanya yang sedemikian besar selaksa tak kan pernah habis padaku. Tiada pernah kurasakan sedemikian besarnya seseorang memberikan segala yang ada pada dirinya hanya untuk diriku, seorang saja, tiada yang lain.” Demikian kesaksian Vero tentang cinta suaminya, Yan.
            Yan seorang yang tidak banyak bicara dan cenderung pendiam. Namun di balik sifat pendiamnya itu, sesungguhnya dia adalah orang yang penuh perhatian dan kasih sayang. Dia juga adalah seorang pencinta sejati, terutama untuk istrinya, Vero.
            Cinta sejati Yan untuk Vero sungguh teruji sekaligus terbukti ketika dia dengan setia mendampingi Vero menjalani masa-masa kritis di rumah sakit. Tidak hanya korban waktu, tenaga, dan materi, tetapi jauh daripada itu Yan mengalami tekanan batin dan kesedihan yang teramat sangat menyaksikan belahan jiwanya tak berdaya di ranjang ICU RS St. Borromeus, Bandung.

Kamis, 26 Mei 2011

Doa Pada Waktu Sakit


 
(Mazmur 38: 2-11, 18-19, 22-23)

TUHAN, janganlah menghukum aku dalam geram-Mu,
dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan murka-Mu;
sebab anak panah-Mu menembus aku,
tangan-Mu telah turun menimpa aku.
Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah-Mu,
tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku oleh karena dosaku;
sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku;
semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku.
Luka-lukaku berbau busuk, bernanah oleh karena kebodohanku;
aku terbungkuk-bungkuk, sangat tertunduk;
sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita.
Sebab pinggangku penuh radang, tidak ada yang sehat pada dagingku;
aku kehabisan tenaga dan remuk redam,
aku merintih karena degap-degup jantungku.
Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku,
dan keluhku pun tidak tersembunyi bagi-Mu;
jantungku berdebar-debar, kekuatanku hilang,
dan cahaya mataku pun lenyap dari padaku.
Sebab aku mulai jatuh karena tersandung,
dan aku selalu dirundung kesakitan;
ya, aku mengaku kesalahanku, aku cemas karena dosaku.
Jangan tinggalkan aku, ya TUHAN, Allahku,
janganlah jauh dari padaku!
Segeralah menolong aku, ya Tuhan, keselamatanku!
Amin.

Selasa, 24 Mei 2011

HD Perdana: Kamu Harus Tegar, Adikku!


            Siang itu, Senin, 23 Mei 2011. Aku menjalani HD seperti biasa. Sekitar setengah jam berjalan, pintu HD terdengar berderak. Aku menoleh ke arah pintu.
            Seorang gadis berkudung hitam didorong masuk di atas kursi roda. Dia mendekat menuju tempat tidur yang berhadapan denganku. Wajahnya makin jelas terlihat. Lesu. Aku merinding melihatnya. Merinding penuh haru.
            Aku terharu. Dan aku seakan tak percaya. Dia akan HD juga? Gadis semuda itu? Ah aku tak percaya. Wajahnya begitu polos, begitu lugu. Matanya bening, menatap dengan lembut. Siapa yang tega menyerahkannya ke ranjang HD ini? Hmm..solusi terakhir, kata dokter.

Minggu, 22 Mei 2011

Pergaulan yang Buruk Merusakkan Kebiasaan yang Baik

            Dalam pertemuan kami yang pertama, dia adalah pemuda yang alim, rajin ke gereja, dan rajin mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian. Bahkan suatu waktu saya sempat diajak, atau lebih tepatnya dibujuk, untuk mengikuti acara retret yang diselenggarakan muda-mudi gereja. Tapi waktu itu saya tidak bisa ikut karena sedang tidak enak badan.
            Sebenarnya saya selalu simpati dan bangga dengan sikap pemuda yang alim seperti itu. Dia menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Terutama kegiatan-kegiatan yang mendukung perkembangan mental, bakat, moral dan iman spiritualnya. Kegiatan-kegiatan yang positif tersebut diharapkan mampu membentuk karakter atau kepribadian yang positif pula.
            Namun sayang, rasa simpati dan bangga saya pada pemuda tadi tak berlangsung lama. Saya bahkan kecewa. Karena dalam pertemuan kami selanjutnya, kira-kira 2 tahun kemudian, dia berubah menjadi sosok yang berbeda. Dia kini suka begadang. Hobinya karokean di bar dan minum minuman keras. Ayam sabung menjadi peliharaannya. Main judi sudah jadi hal yang biasa, apalagi kalau cuma togel. Sebaliknya, dia tak pernah lagi menginjakkan kaki di gereja. Dan tentu saja juga menarik diri dari kegiatan-kegiatan kerohanian dimana dia dulu sangat aktif.

Sabtu, 21 Mei 2011

Untung TV Kami Rusak


            Sudah beberapa bulan ini saya tak lagi menyaksikan tayangan televisi. Gara-garanya pesawat televisi, atau sebut saja TV, yang ada di rumah kami kini telah rusak dan tak kunjung diperbaiki. Sebenarnya sudah pernah dipanggilkan tukang service, yang kebetulan tetangga kami juga, tapi tetap tidak bisa diperbaiki. Katanya beberapa komponen harus diganti. Sayangnya belum ada cukup duit untuk membeli komponen yang cukup mahal itu. Akhirnya TV itu dibiarkan saja untuk menikmati dulu istrahat panjangnya.
            Sebenarnya terpikir juga untuk membeli saja TV baru, ketimbang membeli komponen yang mahal itu. Tapi rupanya, si kakak (sang tuan rumah) belum punya cukup dana. Hmm..seandainya ini sudah tanggal 33 dimana saya gajian, pasti saya sendiri yang akan membelinya. Hehehe...
            Sejak itu rumah menjadi lebih sepi.  Tak ada lagi suara berisik anak-anak, teman-teman keponakan saya, yang tiap hari mengadakan acara nonton bareng di rumah. Ah..anak-anak itu, kadang menghibur kadang menyebalkan. Menghibur kalau saya kebetulan tak punya teman di rumah. Tapi menyebalkan kalau mereka berisik saat saya mau istirahat siang.

Jumat, 20 Mei 2011

Sisemba': Tradisi Adu Tendang Khas Toraja yang Terancam Punah


Sumber:
http://www.antarafoto.com/seni-budaya/v1293624902/sisemba

Sisemba’ atau To Sisemba’ adalah salah satu atraksi budaya yang cukup menarik di Toraja, Sulawesi Selatan. Ini merupakan atraksi adu tendang kaki yang dilakukan oleh kaum pria. Atrakasi sisemba’ biasanya dilaksanakan dalam upacara Rambu Solo’ (kematian). Sebelum acara dimulai, biasanya warga dibagi ke dalam dua kelompok. Selanjutnya kedua kelompok ini saling berhadap-hadapan, dan entah siapa yang memulai keduanya  pun saling menerjang dengan tendangan.
Untuk menghasilkan kekuatan yang lebih besar, umumnya mereka tampil berpasangan. Dua orang berpegangan tangan, lalu secara bergantian menerjang lawan dengan tendangan. Teriakan-teriakan khas Toraja dari para peserta  serta sorak-sorai dari para penonton membuat adu tendang ini  semakin seru dan ramai. Bahkan kadang tak lagi jelas mana kawan dan mana lawan. Yang penting ada “korban” yang bisa dikasih tendangan.

Rabu, 18 Mei 2011

Anak Kecil Itu, Haruskah Kumarahi?

            Ekspresi mukanya seketika berubah merah ketakutan melihat laptopku jatuh ke lantai. Entah apa persisnya yang dia pikirkan, namun aku menduga dia sedang deg-degan menunggu apa yang akan aku lakukan padanya. Rupanya dia sudah pasrah menerima murka besarku sebagai akibat dari tindakannya yang ceroboh itu. Matanya yang mulai berkaca-kaca tak berani lagi menatapku. Dia terlihat sangat gugup. Diam.
            Laptop ini menjadi begitu berharga buatku karena merupakan hadiah dari teman. Belum setahun aku pakai. Belum pernah rusak. Dan juga belum pernah jatuh. Tapi hari itu anak kecil itu menjadi orang pertama yang menjatuhkannya ke lantai.
            Haruskah aku marah pada anak kecil itu? Haruskah aku membentak dan memakinya? Tidakkah anak itu layak diberi pelajaran atas kecerobohannya? Oh tidak! Suara hati kecilku berkata tidak! Aku sadar itu bukan kesengajaan. Itu hanya kebetulan. Dia tidak menduga kalau ayunan tangannya akan menyambar monitor hingga menjatuhkannya ke lantai.

Selasa, 17 Mei 2011

Jadilah Kehendak-Mu!

        Kita tak pernah tahu apa sesungguhnya rencana Tuhan atas hidup kita. Dan karena itu, kita tak pernah bisa memastikan seperti apa perjalanan hidup kita selanjutnya. Bahkan rencana kita satu detik ke depan pun dapat berubah jika Tuhan berkehendak lain. Satu hal yang kita imani adalah bahwa apa pun rencana Tuhan yang Ia wujudkan dalam hidup kita, itulah yang terbaik!
        Iman akan rencana indah Tuhan itu-lah yang kini berusaha saya tanamkan dalam hati. Saya mulai belajar mengimani bahwa sakit yang sekarang saya alami adalah bagian dari rencana indah Tuhan. Jika pada awalnya saya begitu terpukul dan sedih akan sakit ini, pelan-pelan saya mulai berdamai dengannya. Sakit ini kemudian saya maknai sebagai proses dan sarana pemurnian diri yang disediakan Tuhan agar saya menjadi pribadi yang kuat serta semakin dekat denganNya.
        Tiada henti saya berdoa kepada Tuhan agar Ia menganugerahi saya kesembuhan. Tiada menyerah pula saya tetap menjalani hemodialisa rutin dengan sabar, tiga kali dalam seminggu. Saya percaya inilah bagian yang harus saya kerjakan, yakni berdoa dan berusaha. Bahwa apakah kemudian saya benar-benar sembuh secara fisik, itu semata-mata dalam kehendak Sang Pencipta. Ya, jika niat dan usaha saya ini sejalan dengan kehendakNya, saya pasti sembuh.

Jumat, 06 Mei 2011

Kehadiran Keluarga, Suatu Anugerah

        Mungkin Anda adalah pribadi yang cukup kuat sehingga mampu menghadapi masa-masa sulit, seperti sakit berat,  seorang diri.  Jika demikian adanya, banyak orang yang harus belajar pada Anda, termasuk saya. Saya adalah salah satu orang yang tidak dapat berbuat banyak tanpa bantuan orang lain, terutama keluarga.
        Dalam menjalani hari-hari sebagai penderita penyakit kronis, hal-hal ringan dan sederhana saja terasa begitu berat dilakukan. Badan terasa lemas, kepala pusing dan cepat lelah. Maka kehadiran keluarga atau orang-orang dekat menjadi sesuatu yang sangat diharapkan. Mereka dapat membantu menyiapkan makan-minum, memberikan obat, menghubungi dokter, mengambilkan sesuatu, memijat, dan sebagainya. Segala pekerjaan yang tidak mampu kita alakukan, diambil alih oleh mereka.
        Selain membatasi kemampuan gerak fisik, penyakit kronis dapat pula menimbulkan ketidakstabilan emosi. Penyakit kronis yang berlangsung lama kadangkala membuat seseorang tidak sabar dan mudah bereaksi secara emosional. Mungkin sikap emosional seperti itu merupakan dampak langsung dari terganggunya keseimbangan hormonal dalam tubuh. Tetapi bisa jadi hal itu disebabkan ketidakmampuan seseorang menerima keadaannya sekarang yang serba terbatas. Karena itu keluarga yang merawat hendaknya dapat memahami bila si pasien sering emosional atau marah-marah.

Kamis, 05 Mei 2011

Dokter, Sentuhlah Aku!

        Jumat, 7 Januari 2011, dengan panik saya minta dilarikan ke rumah sakit. Saat itu tekanan darah saya sangat tinggi. Saking tingginya, tensimeter dengan range pengukuran 1-299 mmHg menunjukkan hasil error. Jantung saya berdetak kencang, nafas sesak, dan pandangan mulai kabur berkunang-kunang serta sulit berkonsentrasi. Saya dipapah turun dari tangga rumah hingga masuk ke taksi.
        Setelah tiba di rumah sakit, saya langsung masuk ke unit gawat darurat. Kakak saya kemudian mengurus registrasi pasien. Setelah registrasi selesai, saya diminta oleh perawat berbaring di atas tempat tidur. Perasaan saya masih tidak enak, rasanya seperti melayang. Jantung masih berdebar-debar dan nafas belum beraturan. Dua mahasiswa keperawatan datang menanyai saya apa saja keluhan saya, mengukur tekanan darah saya kemudian menulisnya dalam lembar rekam medik.
        Tak berapa lama datanglah seorang dokter. Dia menanyakan apa keluhan saya. Saya katakan bahwa ketika di rumah tekanan darah saya sangat tinggi sampai saya merasa oleng dan sesak. Kemudian dia menanyakan obat apa yang saya minum. Saya pun memberi tahu semua obat yang saya minum.

Rabu, 04 Mei 2011

Doa Syukur


Bapa,
Aku bersyukur atas nafas hidup yang masih terus berhembus,
Aku bersyukur atas kekuatan, ketabahan dan ketegaran yang masih ada,
Aku bersyukur atas kebahagiaan dan harapan hidup yang tetap Kau berikan,
Aku bersyukur atas keluarga dan orang-orang terkasih, para sahabat dan setiap orang yang mencurahkan cintanya padaku,
Aku bersyukur atas lingkungan dan alam ciptaanMu yang memenuhi kebutuhan hidupku,
Aku bersyukur atas segala pengetahuan, akal dan hikmat yang telah aku terima,
Aku bersyukur atas setiap proses dan pengalaman hidup yang begitu berharga,
Aku bersyukur telah diberi waktu untuk hidup, menikmati hidup, dan mengenal kehidupan,
Bahkan kalau pun hidup di dunia ini harus berakhir di sini, aku bersyukur atas masa hidup yang telah kulalui.
Terpujilah Engkau ya Bapa,
Engkaulah sumber dan tujuan hidupku.
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Senin, 02 Mei 2011

Catatan Hubungan Berbeda Agama

        Suatu hari seorang sahabat mengirimkan sms dan bercerita tentang hubungan cintanya yang, menurutnya, sedang di ujung tanduk. Padahal mereka telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun. Ketika saya tanya penyebabnya apa, dia mengatakan bahwa ini hanya masalah perbedaan keyakinan. Agama yang dianut sahabat saya itu berbeda dengan agama yang dianut pacarnya. Rupanya mereka baru benar-benar menyadari perbedaan itu ketika seiring perjalanan waktu mulai terbersit keinginan untuk melangkah ke jenjang hubungan yang lebih serius.
        Lebih lanjut dia mengatakan bahwa sebenarnya ini hanya masalah ego. Masing-masing tidak mau mengalah. Padahal menurutnya, sudah semestinya pria-lah yang menjadi patokan. Dengan kata lain, seorang istri sewajarnyalah mengikuti agama yang dianut suaminya.
********
        Namun di balik alasan yang dikatakan sahabat itu, saya membaca ada hal lain yang menjadi pertimbangannya. Dugaan saya masalah perbedaan agama dimaknai sebagai masalah pertaruhan harga diri. Dengan kata lain, seorang pria yang mengikut ke agama wanitanya adalah pria yang harga dirinya rendah. Yang tak punya pendirian. Yang tak punya wibawa. Sebaliknya bila wanita yang mengikut ke agama prianya, hal itu dianggap sebagai sesuatu yang sewajarnya.