Senin, 20 Juni 2011

Apa 'iya' sakit harus disyukuri?


            “Seharusnya orang itu bisa bersyukur kalau dirinya sakit. Itu artinya dia masih diberi kesempatan untuk bertobat sebelum maut menjemputnya.” Kata-kata itu terucap oleh seorang teman, sesama pasien HD, dalam  obrolan kami, suatu siang.
            Sekilas kata-kata itu terdengar hanya sebagai sebuah kata-kata penghiburan untuk menguatkan pasien HD yang lain. Tapi sebenarnya kata-kata itu mengandung makna yang lebih dalam. Kata-kata itu menyatakan kebenaran tentang bagaimana seharusnya kita memandang sakit atau penderitaan.
            Saya kagum pada teman yang telah mengucapkan kata-kata itu. Dia tidak larut untuk menyesali atau meratapi sakitnya. Tapi sebaliknya dia mampu keluar dari kesedihan dan ketakutan pada bayang-bayang kematian. Bahkan dia mampu melihat kebaikan dalam derita hidupnya lalu bangkit  bersyukur dengan hati yang tegar.
            Ya, sakit bukan sesuatu yang harus ditangisi sepanjang hari. Sakit tak boleh merampas semua kebahagiaan dan harapan kita. Cobalah tersenyum. Cobalah optimis.
            Anggap saja keadaan sakit sebagai peringatan dini bagi kita. Peringatan dini bahwa mungkin waktu kunjung kita di bumi ini tak lama lagi akan berakhir. Karena itu, masa sakit seharusnya dijadikan kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri. Suatu kesempatan untuk mengakui kesalahan-kesalahan kita, lalu dengan rendah hati meminta maaf. Suatu kesempatan untuk memulihkan hubungan kita dengan sesama dan dengan Tuhan. Semoga. Suatu kesempatan, yang tidak semua orang memilikinya! Maka bersyukurlah atas kesempatan baik itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar