Rabu, 15 Juni 2011

Tensimeter

            Salah satu barang yang saat ini tidak boleh jauh-jauh dari saya adalah tensimeter. Tensimeter digunakan untuk mengukur tensi alias tekanan darah. Bentuk, jenis, tipe, harga dan mereknya bermacam-macam. Ada yang manual, ada yang digital. Ada yang dipakai di lengan, ada yang dipakai di pergelangan tangan. Ada yang tingkat keakuratannya tinggi, ada yang tingkat keakuratannya rendah. Ada yang harganya ratusan ribu, ada yang harganya jutaan.
            Kenapa tensimeter tidak boleh jauh-jauh dari saya? Karena saya mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi. Diduga hipertensi inilah yang menyebabkan kerusakan ginjal saya. Pertama kali diketahui saat saya periksa ke dokter sekitar bulan September 2007.
            Sejak kapan tensimeter tidak boleh jauh-jauh dari saya? Sejak saya menjalani hemodialisa rutin. Karena sejak itu tensi saya menjadi tidak stabil dan kadang sangat tinggi. Umumnya berada pada kisaran 150/90 mmHg – 210/110 mmHg.
            Tapi ada sebuah kejadian yang membuat saya semakin akrab dengan tensimeter dan semakin tidak bisa berpisah jauh dengannya. Macam pujaan hati aja dia itu,hehehe… Ceritanya begini…


            Pernah suatu waktu saya tidak mengukur tensi saya selama beberapa hari. Pada saat yang sama saya juga mengabaikan minum obat antihipertensi. Malam harinya tiba-tiba perasaan saya tidak enak. Tak lama kemudian saya batuk darah, lalu nafas sesak, dan jantung berdetak sangat cepat dan kencang. Rupanya tensi saya saat itu sangat tinggi. Saya perkirakan di atas 300mmHg karena saat diukur, tensimeter selalu menunjukkan hasil error. Padahal range pengukuran tensimeter saya adalah 1-299 mmHg. Saya ingat keluarga saya sangat panik waktu itu. Buru-buru saya dilarikan ke rumah sehat.
            Kejadian di malam itu membuat saya cukup trauma. Saya tidak ingin kejadian itu terulang lagi gara-gara keteledoran saya. Makanya setiap perasaan saya agak kurang enak, saya selalu berpikir mungkin tensi saya sedang tinggi. Dan buru-buru saya akan segera mengambil tensimeter dan mengukur tensi saya. Kalau benar tensi saya tinggi, itu tandanya saya harus segera minum tambahan obat antihipertensi. Kenapa saya bilang “tambahan”, karena sebenarnya saya sudah rutin minum obat antihipertensi setiap pagi dan sore. Tapi dosisnya akan saya tambah kalau tiba-tiba tensi saya melonjak naik.
            Ohya, tentang tensimeter itu sendiri, di rumah saya punya dua. Dua-duanya digital dan dioperasikan secara otomatis. Yang satu dipakai di lengan, dan satunya lagi dipakai di pergelangan tangan. Biasanya saya pakai bergantian. Cara pakainya sangat mudah. Tinggal direkatkan ke lengan atau pergelangan tangan lalu tekan tombol start. Hasil pengukuran langsung tampil di layar. Sangat gampang dan praktis sehingga saya bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
            Kenapa saya punya dua? Sebenarnya dulu saya cuma punya satu. Yang pertama saya punya adalah yang dipakai di lengan. Tensimeter yang itu dibelikan oleh seorang sahabat. Tapi karena makin sering ada tetangga yang juga datang memeriksakan tensinya di rumah, saya putuskan untuk membeli satu lagi yang baru. Tensimeter yang baru ini dipakainya di pergelangan tangan, seperti memakai jam. Ukurannya tentu saja lebih kecil dan simple.
            Untuk selanjutnya, tensimeter yang lama, yang dipakai di lengan, saya peruntukkan bagi tetangga atau siapa saja yang kebetulan ingin memeriksakan tensinya di rumah. Sedangkan tensimeter yang baru, yang dipakai di pergelangan, saya khususkan untuk diriku sendiri (hehehe…egois ya..). Soalnya agak rentan rusak kalau dipakai bergantian dengan banyak orang.
            Dari tensimeter itu, ada hal yang bisa saya syukuri. Saya bersyukur bahwa dengan tensimeter lama itu saya bisa sedikit berbagi dengan orang lain. Paling tidak dengan mengetahui berapa tensinya, mereka bisa mengatur pola makan sehat supaya tensinya bisa normal. Beberapa yang tensinya cukup tinggi, saya sarankan memeriksakan diri ke dokter.
            Terima kasih tensimeterku! Mudah-mudahan saja kondisimu selalu baik ya.. Supaya kalau saya butuh, kamu bisa memberikan hasil yang terbaik dan akurat. Kuharap kamu tidak bosan ya bila sering-sering saya mintai tolong mengukur tekanan darahku. Bagaimanapun hanya kamu yang bisa melakukan yang satu itu. Dokter saja tidak bisa lho... Terima kasih ya J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar