Matahari makin condong ke barat. Sebagian jalan yang kami lalui sudah lepas dari sorot sang surya karena tertutup oleh bangunan-bangunan tinggi yang ada di sisi jalan.
Angkutan kota yang aku tumpangi berhenti di lampu merah, di bawah fly over. Seorang anak lelaki berusia sekitar sepuluh tahun datang menghampiri. Dia menawarkan koran pagi dengan harga yang lebih murah, Rp.2000. Aku merogoh kantong dan mengambil uang kertas Rp. 3000. Dari balik jendela mobil kusodorkan uang itu dan si anak kecil menyodorkan korannya kepadaku. Kuambil koran itu lalu segera membalikkan badan.
Kupikir si anak kecil sudah berlalu. Aku tak lagi mempedulikan ketika dia mengucapkan terima kasih. Aku tak membalas ucapan terima kasihnya. Aku cuek. Kupikir ucapan terima kasih yang keluar dari mulutnya hanya ucapan basa basi yang hilang tanpa makna. Tapi ternyata aku keliru.
Si anak kecil masih berdiri di samping mobil dan sekali lagi mengucapkan terima kasih dengan suara lebih keras tapi tetap sopan. Mungkin maksudnya agar aku mendengarnya. “Terima kasih, Pak”, katanya. Aku sedikit kaget lalu segera menyadari bahwa si anak kecil mengharapkan respon dariku. Aku pun membalikkan badan ke arah anak kecil itu, tersenyum dan menjawab dengan singkat “Ya”. Setelah itu barulah si anak kecil berlalu. Pada saat yang sama lampu hijau menyala.
Begitulah! Dalam perjalanan hidup kita, kita kadang terlalu merasa sok baik lalu memandang rendah orang lain yang menurut kita hanya layak dikasihani. Mungkin kita telah memberi mereka materi tapi tak pernah memberi mereka perhatian yang tulus.
Sebuah ungkapan bijak mengajarkan bahwa, “perhatian dan kasih sayang adalah kado istimewa yang tak ternilai harganya”. Ini berarti bahwa sesungguhnya manusia tidaklah merasa cukup hanya dengan kebutuhan materi. Lebih dari itu manusia juga membutuhkan sesuatu yang bersifat non-materi, yakni perhatian dan kasih sayang.
Perhatian dan kasih sayang dapat memperlihatkan bentuknya dengan berbagai cara. Sentuhan yang lembut, senyuman yang manis, teguran yang bersahabat, tatapan yang teduh, kata-kata yang santun, teguran yang membangun, dukungan yang besar, dan doa yang tulus adalah beberapa bentuk perhatian yang dapat kita berikan. Perhatian dapat pula kita tunjukkan dengan mengunjungi seseorang, menemaninya di kala takut atau sedih, atau sekedar mendengarkan keluh kesahnya.
Mengapa ada anak orang kaya yang lari dari rumah? Salah satu penyebabnya adalah karena merasa tidak mendapat perhatian. Orang tua kadang terlalu sibuk dengan berbagai urusan sehingga tak lagi punya waktu untuk sekedar bermain bersama anak-anak. Anak-anak tidak merasakan kebersamaan dan keakraban. Rumah terasa sepi, hampa dan hambar. Maka solusinya adalah pergi dari rumah.
Maka ketika Anda memberi, pertama-tama berikanlah perhatian dan kasih sayang. Tunjukkan betapa seseorang itu penting bagi Anda. Sentuhan kasih yang hangat atau kata-kata penghiburan yang mendukung dapat menjadi ungkapan perhatian tersebut. Setelah itu Anda boleh memberi bantuan materi jika ada. Karena seseorang mungkin tak butuh bantuan materi tapi hanya perlu perhatian dan kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar