Rabu, 17 November 2010

memahami si sakit

Sakit secara fisik kadang ikut mempengaruhi kesehatan mental dan emosional. Hal ini terjadi terutama pada orang-orang dengan penyakit kronis atau menahun. Seseorang menjadi lebih sensitif dan reaksional. Dia kurang dapat mengontrol emosinya sehingga terlihat suka marah-marah. Hal ini kadang menjadi masalah bagi keluarga yang merawatnya.
Pak Setiawan misalnya. Dia mengalami penyakit ginjal kronik sehingga harus cuci darah rutin tiga kali seminggu. Menurut penuturan istrinya, semenjak sakit dia mulai cepat emosional. Bila dia meminta sesuatu dan tidak segera dipenuhi, dia pun langsung marah-marah. Atau bila istrinya melarang dia makan sesuatu yang jadi pantangan baginya, dia langsung membentak dan memaki-maki istrinya.
Awalnya istri Pak Setiawan mencoba bersabar. Dia berpikir itu hanya reaksi sesaat suaminya dan akan segera berubah. Tetapi ternyata tidak.


Beberapa bulan kemudian, Pak Setiawan masih saja suka marah-marah. Bahkan sering istrinya sampai menangis karena dimaki-maki dengan kata-kata yang kasar dan tak patut. Suatu siang istrinya terlihat keluar dari rumah sakit dengan mata sembab dan menahan isakan tangis. Itulah kali terakhir dia merawat suaminya. Karena setelah itu dia meninggalkan suaminya, lalu pulang ke kampungnya. “Saya sudah tidak tahan dengan sikap suamiku”, katanya.
*********
Seseorang yang berada dalam keadaan sakit memang memang membutuhkan perhatian lebih. Dan keluarga mempunyai kewajiban moral untuk mendampingi dan merawatnya. Oleh karena itu, keluarga tidak saja harus memenuhi kebutuhannya tetapi juga harus memahami bila terjadi perubahan mental dan emosional pada dirinya.
Perubahan emosional pada seseorang yang sakit adalah sesuatu yang lumrah. Kemungkinan ini disebabkan oleh terganggunya keseimbangan hormonal dalam tubuh. Suatu penyakit bisa jadi mempengaruhi produksi hormon tertentu yang berfungsi mengontrol emosi seseorang. Karena itu, keluarga yang merawat orang sakit mestinya tidak perlu kaget dan tidak perlu memasukkan ke hati bila si sakit mulai sensitif dan marah-marah.
Dalam beberapa kejadian, seseorang yang sakit juga terlihat manja, malas dan banyak menuntut. Mungkin ini bukanlah sesuatu yang disengaja. Ini terjadi karena ketika seseorang sakit dia berada dalam keadaan ‘tak mampu’. Penyakit yang dialaminya kadang membuat dia begitu lemah sehingga tidak mampu berbuat apa-apa. Dalam keadaan ‘tak mampu’ inilah dia banyak meminta pertolongan dari orang yang merawatnya. Maka kesabaran dan perhatian yang tulus, baginya merupakan sesuatu yang tiada duanya.
Tak seorang pun menghendari dirinya sakit. Tapi ketika sakit itu sudah datang, tak seorang pun mampu menolaknya. Adakah orang yang selama hidupnya tak pernah sakit? Rasanya tidak. Maka sepatutnya-lah kita saling menolong, saling memperhatikan, dan saling merawat bila di antara kita ada yang sedang sakit. Entah itu sakit fisik, sakit psikis, atau pun sakit ekonomi. Tuhan pasti tersenyum melihat perbuatan baik kita J.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar