Selasa, 23 November 2010

"Pete-pete" yang Panas: Tentang Kesabaran dan Kepedulian

            Hari itu cuaca cukup panas. Sesekali aku mengernyitkan dahi sambil menyeka keringat yang terus mengucur di wajah. Pete-pete (sebutan angkot di Makassar) yang sesak penumpang, ditambah keadaan lalu lintas yang macet melengkapi kegerahan kami siang itu. Sebentar saja pete-pete berhenti, maka segera terdengar desah kegelisahan para penumpang. Semua ingin pete-pete melaju lancar agar hawa panas di dalamnya sedikit berkurang.
            Keadaan yang tidak meng-enak-kan itu ternyata dapat menjadi ujian kesabaran bagi siapa saja yang berada dalam pete-pete itu.
            Lihatlah Pak Sopir! Saking tidak sabarnya, dia tiada henti membunyikan klakson seolah-olah kendaraan di depannya sengaja menghalangi. Padahal tanpa diklakson pun kendaraan di depan pasti akan maju seandainya lalu lintas tidak macet. Siapa juga yang mau berlama-lama di jalan yang panas begitu? Dan karena tidak sabar pula, begitu ada jalan yang kosong, sang sopir langsung tancap gas membuat penumpangnya ngeri ketakutan.
            Lain lagi dengan penumpang. Ketika angkot berhenti sebentar saja untuk menunggu penumpang baru, para penumpang mulai gelisah dengan wajah-wajah cemberut. Karena tidak sabar, kadang ada yang menggerutu dan mulai terdengar desas-desus kegelisahan. Mungkin mereka lupa bahwa sesungguhnya dari bayaran penumpang-lah sang sopir dan keluarganya menggantungkan hidup. Jadi wajar bila sang sopir berusaha menunggu penumpang-baru agar muatannya penuh. Tapi tentu jika terlalu lama, penumpang boleh menegur sang sopir.


----------------------------------
            Kiranya ada pelajaran yang bisa kita petik dari sini. Selain bersabar, pete-pete yang sesak dan panas itu mengajak kita untuk mampu mengendalikan diri dari sikap mementingkan diri sendiri. Sopir angkot berkepentingan mobilnya penuh penumpang, sedangkan penumpang berkepentingan segera tiba di tempat tujuan. Keduanya mesti bisa dikompromikan. Ketika penumpang terlihat mulai gelisah, itu pertanda bahwa angkot harus segera jalan.
            Ini juga menyangkut kepedulian sosial. Kita diajak untuk peduli pada nasib orang kecil, seperti nasib  sopir angkot. Janganlah berdoa agar angkot kosong sehingga kita bisa duduk santai dan tidak kepanasan. Ber-senang hatilah bila angkat penuh, meski karena itu kita harus duduk berdempetan. Angkot yang penuh adalah rezeki bagi sang sopir. Berilah kesempatan baginya mengumpulkan rezeki sebanyak-banyaknya. Mari kita peduli dengan bersabar sedikit!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar