Minggu, 21 November 2010

Iman Dalam Segelas Air


Bapak kos dan keluarganya adalah contoh keluarga orang beriman. Mereka sangat tekun dalam menjaga dan menjalankan ajaran agama. Dari balik jendela kaca, saya sering menyaksikan mereka melakukan sholat secara bersama-sama.
Ketika pamit berangkat ke Makassar untuk berobat beliau sempat mengingatkan saya agar selalu berdoa mohon kesembuhan dari Tuhan. Katanya pula, dokter dan obat-obatan itu hanyalah alat, yang menentukan adalah izin Allah. “Biar hanya segelas air putih, tapi kalau diisi dengan doa, percayalah itu bisa memberi kesembuhan. Bukan karena airnya, tapi karena Allah berkenan atas doa yang tulus itulah yang menyembuhkan”, katanya.
Nasehat bapak kos di akhir pertemuan, dua setengah tahun yang lalu itu, hampir saja saya lupakan. Rupanya saya terlalu sibuk memikirkan sakit yang saya alami, terlalu mengkhawatirkannya, dan terlalu sibuk dengan berbagai tawaran kesembuhan. Sering saya lupa berdoa dan tak lagi menjalin hubungan yang intim dengan Tuhan. Saya lupa bahwa esensi dari kesembuhan itu ada dalam tangan Tuhan. Tentu tidaklah salah melakukan banyak usaha, tapi mestinya semua usaha itu berisikan doa yang sungguh-sungguh. Segala usaha pada akhirnya hanyalah kesia-siaan jika Tuhan tidak merestui.
Saya bersyukur kembali diingatkan pada nasehat Bapak kos tersebut. Suatu ungkapan iman yang luar biasa. Bahwa segelas air putih yang kelihatan sederhana dan tidak ada apa-apanya, bila diisi dengan doa yang sungguh-sungguh, dapat dijadikan Tuhan sebagai sarana penyembuhan dan pemulihan. Sekali lagi bukan karena airnya, tapi karena rahmat Allah atas doa yang tulus.
Semoga dengan mengingat semua itu, saya makin belajar. Belajar menjadi orang beriman yang baik. Yang mendasarkan segala upaya pemulihan dalam kehendak Tuhan melalui doa dan ucapan syukur. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar