Kamis, 04 November 2010

Harapan Tiada Akhir

            “Sangat sulit bagiku memaknai sebuah harapan dalam keberadaanku saat ini”. Kalimat itu kukirimkan kepada seorang sahabat lewat layanan pesan singkat (SMS). Tak berapa lama dia langsung membalasnya dengan menulis:
            “Baik atau buruk suatu kondisi tergantung kita mempersepsinya. Tuhan melimpahkan kasih sayang terus menerus. Setiap detik berharga. Mengapa kita menyiakannya dengan diam? Harapan selalu ada. Tuhan tidak tidur. Manusia memang kecil, lemah. Karena itu kita butuh Dia. Hanya Dia yang Maha Besar, yang membuat semua mungkin. Kita hanya perlu percaya sepenuhnya padaNya”.
            Ketika pertama kali membaca sms itu, bukannya saya merasa terhibur atau mendapat kekuatan tetapi justru saya semakin merasa kecil dan mulai menyalahkan diri sendiri. Sms itu terasa menjadi sebuah tudingan bagi saya. Bahwa saya telah salah mempersepi kehidupan. Bahwa saya telah menyia-nyiakan waktu yang ada. Bahwa saya ini tak punya semangat juang. Bahwa iman saya begitu rapuh. Bahwa saya tidak mampu berbuat apa-apa. Dan bahwa betapa tak bermaknanya diriku bagi kehidupan ini. Saya menangis mendapati diriku yang lemah.


            Lama saya larut dalam kesedihan itu dan menangisi keadaan yang saya alami. Tapi syukurlah ketika saya mencoba merenungkan kembali semuanya, sebuah kesadaran baru timbul dalam diri saya. Kesadaran bahwa mungkin saya-lah yang terlalu cengeng menjalani hidup ini. Mungkin saya-lah yang terlalu mendramatisir situasi dan kondisi yang saya alami. Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia takkan memberikan cobaan melampaui kemampuan umatnya.
            Tuhan selalu menyertai saya. Banyak kesulitan dan tantangan hidup mampu saya lewati. Lewat keluarga, lewat sahabat, lewat tetangga, dan lewat lingkungan sekitarku Tuhan selalu mengulurkan tanganNya untuk menolong saya. Dalam banyak kesempatan, para sahabat mengejutkan saya dengan bantuan-bantuan tak terduga. Mereka hadir pada saat yang tepat, pada saat saya benar-benar kesulitan.
            Banyak kisah kesembuhan juga mulai mengilhami semangat hidup saya. Dalam banyak kesaksian, dikisahkan bagaimana orang-orang yang divonis menderita penyakit tak tersembuhkan, alias penyakit-penyakit yang belum ditemukan obatnya, bisa sembuh total secara menakjubkan. Penyakit mematikan seperti kanker telah banyak dilaporkan sembuh secara ajaib. Kedokteran tidak mampu menjelaskan hal itu dan menyebutnya sebagai mujizat.
            Merenungkan semuanya itu menyadarkan saya bahwa sungguh Tuhan mampu melakukan segalanya. Apa yang tidak mungkin bagi manusia, menjadi sangat mungkin bagi Tuhan. Se-sulit dan se-sakit apa pun suatu kondisi, pasti dapat dipulihkan oleh kuasa-Nya. Karena itu tak seharusnya kita larut dalam kekhawatiran yang berlebihan. Tuhan pasti menolong pada saat yang tepat.
            Harapan adalah modal penting untuk tetap semangat menjalani hidup ini. Ada yang mengatakan bahwa orang yang tidak punya harapan, bisa jadi hanya bisa bertahan hidup satu detik. Ya, karena orang yang kehilangan harapan tak lagi punya alasan untuk tetap hidup. Dia tak lagi punya cita-cita atau mimpi di hari esok. Baginya, tak lagi ada peluang untuk berubah. Tetapi bagi orang-orang yang meyakini kebesaran Tuhan, harapan itu selalu ada. Orang beriman percaya bahwa apa yang ada dunia ini sifatnya sementara, termasuk segala pergumulan dan tantangan hidup. Tuhan sudah punya rencana yang matang bagi kehidupan kita. Seperti kata sahabat saya, “…Kita hanya perlu percaya sepenuhnya padaNya”.
Teruslah berusaha!
Teruslah berdoa!
Teruslah bermimpi!
Teruslah berharap!
Siapa tahu Tuhan berkenan,
Dan esok pagi harapan itu sudah mewujud. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar