Kamis, 25 November 2010

Di Kelas Itu, Dulu...


Setelah tamat kuliah saya langsung pulang ke kampung. Ketika itu sekolah-sekolah sibuk menerima murid baru. Tak ketinggalan dua keponakan saya juga mau masuk sekolah dasar. Maka saya berinisiatif untuk mengantar mereka ke sekolah. Kebetulan saya juga kangen untuk melihat sekolah itu lagi, tempat pertama kali saya mengenal huruf dan angka, lalu menulis, membaca dan berhitung. Rindu melihat dan merasakan kembali suasana belajar semasa kecil dulu.
Setelah urusan pendaftaran selesai, saya mengantar keponakan saya ke ruang kelas dan mencarikan tempat duduk untuknya. Itulah kali pertama saya masuk lagi ke ruang kelas itu setelah saya tinggalkan enam belas tahun yang lalu. Kenangan di kelas itu langsung datang membayang. Saya tersenyum sendiri mengingat semuanya.
Dulu bangku dan meja ini masih terasa berat. Untuk mengangkatnya kami harus berdua. Sekarang satu tangan saja saya bisa mengangkatnya. Dulu meja ini terasa terlalu tinggi hingga saya kesulitan menulis di atasnya, sekarang justru sudah terlalu rendah buat saya.

Begitu juga dengan papan tulis itu. Dulu saya harus berjinjit taatkala ibu guru meminta saya menulis di papan. Karena itu papan tulis sering diturunkan di lantai supaya kami bisa mencapainya. Cuma kalau ditaruh di lantai, teman-teman yang duduk di belakang tidak bisa melihatnya. Sekarang, saya justru harus membungkuk bila mau menulis di papan hitam itu.
Bangku, meja, dan papan tulis itu masih sama dengan yang saya pakai dulu. Namun sekarang semua tampak kecil-kecil. Rasanya lucu saat saya coba memakainya lagi. Bangkunya tidak muat. Apa yang dulunya terasa besar dan berat ternyata hanya sebuah benda kecil yang ringan. Ya tentu saja, karena saya bukan anak kecil lagi. Sekarang saya sudah dewasa.
Saya mencoba memaknai adanya perbedaan rasa dalam memandang ruang kelasa itu, dulu dan sekarang. Ternyata ada masalah persepsi atau cara pandang. Bangku, meja dan papan tulis masih sama. Tetapi saya telah memandangnya dengan nilai rasa yang berbeda. Berbeda ketika saya masih duduk di kelas satu SD dengan ketika saya sekarang sudah tamat kuliah.
Cara pandang atau persepsi kita sangat dipengaruhi oleh waktu, proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Seiring berjalannya waktu, kita telah tumbuh menjadi lebih besar dan lebih dewasa. Kita belajar banyak hal. Hal-hal yang dulunya terasa sulit, sedikit demi sedikit mulai terasa mudah bahkan menjadi sesuatu yang biasa seiring proses pembelajaran. Rentang waktu yang panjang serta proses pembelajaran yang kita lalui telah mencipta dan memperkaya pengalaman hidup kita.
Pengalaman hidup yang pahit membuat kita semakin peka sekaligus kebal terhadap penderitaan. Peka terhadap kesulitan hidup yang dihadapi sesama dan kebal terhadap setiap tantangan hidup yang lebih berat. Sebaliknya pengalaman hidup yang manis sering membuat sesuatu yang dulunya terasa nikmat berubah jadi hambar dan membosankan. Makanan di warung pinggir jalan yang dulunya begitu menggoda selera, kini jadi tak enak setelah kita mencicipi aneka masakan restoran.
Dalam hubungan dengan orang lain, mungkin kita sering merasa bahwa orang itu telah berubah. Jangan-jangan kitalah yang telah berubah dengan persepsi yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar