Jumat, 12 November 2010

Orang-orang Egois Memenuhi Angkot

            Kadang saya benar-benar merasa dongkol ketika menaiki angkutan kota (angkot). Angkot di kota ini menggunakan mobil mikrolet yang kursi penumpangnya dibuat berhadapan dari kedua sisinya. Kedongkolan saya bukan soal angkotnya, setidaknya untuk saat ini. Kedongkolan saya terutama saya alamatkan pada perilaku sesama penumpang yang sering egois, tidak peduli pada sesama penumpang yang lain.
            Inti persoalannya adalah tempat duduk. Sebenarnya tidak ada masalah ketika angkot itu baru diisi beberapa orang. Dengan begitu kita masih dapat duduk dengan mudah karena masih banyak tempat yang kosong. Tetapi keadaan akan berbeda ketika hanya tersisa satu atau dua tempat yang kosong. Ketika ada seorang penumpang baru yang akan naik, bisa jadi dia akan sangat kebingungan bahkan jadi salah tingkah. Kenapa? Karena tidak tidak ada celah lagi untuk meletakkan pantatnya.
            Seringkali angkot memang dimuati oleh orang-orang yang egois, orang-orang yang bersikap cuek, yang tidak peduli. Ketika ada penumpang baru yang naik, orang-orang ini berpura-pura mengalihkan perhatiannya dan berharap orang lain-lah yang bergeser. Bahkan tidak jarang di tempat yang sesempit itu ada saja yang posisi duduknya dibuat miring sehingga memakan tempat lebih banyak. Posisi duduknya baru akan berubah ketika ditegur penumpang lain atau sopir angkot. Kadang dengan sedikit tersenyum, saya harus bertanya, “Maaf, bolehkah saya duduk?”.


            Inilah realitas dari kehidupan sosial kita. Kehidupan yang diisi oleh orang-orang yang egois, orang-orang yang bersikap cuek, orang-orang yang tidak peduli pada kepentingan orang lain. Mereka cenderung mempertahankan posisi nyamannya dan berharap bisa untung sendiri. Mereka pintar melakukan kamuflase sehingga tampak dari luar sebagai orang yang perhatian dan baik hati. Tetapi sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang licik. Mereka hanya mau berbagi dengan pertimbangan ekonomi bahwa setelahnya mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar. Jika tidak, siapa mau peduli?
            Tapi saya yakin bahwa, orang baik pun masih banyak yang mengisi kehidupan ini. Orang-orang yang tak berpikir panjang untuk membantu orang lain. Orang-orang yang tidak berpikir untung-rugi untuk menolong kesulitan orang lemah. Orang-orang yang dengan ikhlas berbagi ruang dan waktu bagi sesama yang membutuhkan. Orang-orang yang tidak mengharapkan balas jasa atas perbuatan baik yang dilakukannya. Mudah-mudahan saya dan Anda termasuk dalam hitungan orang-orang baik ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar